Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Bantuan dan Partisipasi

Sesaat sebelum dhuhur, datang bapak-bapak dengan seragam harian militer dengan sepeda motornya ke tempat dt kerja. dt kira si bapak mau tanya-tanya penginapan buat keluarganya. Maklum, sebentar lagi lebaran, mungkin aja banyak keluarganya yang mudik. Waktu si bapak menyodorkan amplop coklat, hilang sudah harapan kalau si bapak mau sewa kamar. Inti surat itu tentang permohonan bantuan dan partisipasi untuk pengamanan semasa shalat Id. dt bingung. Bantuan dan partisipasi seperti apa ini maksudnya? Bantuan fisik? Pegawai cuma sembilan, satpam cuma dua, gimana mau partisipasi pengamanan... wait.. -dt baru ngeh- sepertinya bantuan berbalas amplop yang dimaksud. Tapi dt lanjutin aja sok bingungnya. Bilang kalau nanti dt lanjutkan suratnya ke pemilik dan minta si bapak ninggalkan nomor telpon biar bisa dihubungi setelah dt dapat arahan lebih lanjut dari pemilik. dt jadi penasaran, kalau benar yang diminta ini berbalas amplop, apa anggaran dari pemerintah ga cukup? Atau cuma cari-cari ...

Undangan, oh Undangan

What's your wedding dream? Mine would be an elope. Kawin lari. Entah kenapa, menurut dt ada yang romantis tentang konsep kawin lari. Ada yang romantis tentang mengawali hidup baru dengan hanya kami berdua. Tanpa dicampurtangani pihak lain. Cuma kami berdua. Sayangnya ga memungkinkan. Secara prosesi pernikahan Islam dibutuhkan wali nikah dan saksi. Belum lagi budaya Indonesia yang menganggap acara nikah ini hajat besar, di mana semua keluarga, kerabat, dan kenalan kudu dikabari, diundang, dan dijamu. But, hey, if it's your wedding it suppose to be up to you, right? Wrong! Yang namanya nikahan itu, hajatnya orang tua. Belum lagi memang kebanyakan yang ngemodalin juga orang tua. Jadi ga heran kalau kebanyakan yang datang dinikahan itu teman orang tua. Dan sekarang dt harus bikin daftar undangan, sementara sudah ada 700 lebih yang ada di daftar mama.

Lamaran

Beberapa hari lalu dt lamaran. “deg-degan ga?” temen dt nanya. Mungkin umumnya orang bakal jawab iya. Sayangnya dt ga deg-degan. Secara sepanjang proses dt cuma jadi subjek pasif yang cukup bereaksi atas tindakan subjek aktif. Kecuali dt yang meminang, dt yang melamar, mungkin bakal beda cerita. Jadi, kenapa kebanyakan perempuan deg-degan saat dilamar?