Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2008

Nine Rivers Tragedy (3)

Seperti biasa, mahasiswa gizi 05 berhijrah ke TIK buat melanjutkan bikin tugas PIPPG. Setelah selesai berjuang penuh peluh (lebai.com) mencari data di desa, kami masuk ke masalah tahap 2. Pengolahan data. Jujur, setelah dapat setumpuk data, kami ga ngerti harus diapakan data-data itu. Menurut catatan petunjuk, jelas data harus diolah pake satu program yang disebut sebagai SPSS.  Tapi masalahnya kami ga tahu apa aja variabel yang dimasukkan ke sana. Masa setiap pertanyaan di enam lembar kuesioner harus dimasukin semua?  Jangan gila, dong!  Bisa bejibun itu hasil olahan data entar. Berhubung masih blank tentang olah-mengolah data, akhirnya kelompok kami mutusin untuk mulai nulis proposal PIPPG. Mulai dari latar belakang, tujuan, dan hal-hal lain yang bisa dikerjakan tanpa harus melihat hasil olahan data. Nah, lagi enak-enaknya nggedabrus buat proposal, tiba-tiba ada yang bawa berita heboh dan bikiin semua pada ngumpul. dt yang masih lagi asik ngintip-ngintip...

Dari Konsultasi di Araya

“dt, mau ikut ngasih konsultasi di Araya, ga?” Tawaran konsultasi eui! Kenapa engga? Tapi, pakai resep jual mahal dulu dong. Jadi, dt nanya dulu kapan dan siapa aja yang bakal ikutan, tapi buntutnya dt iya-in. Jangan pernah menolak kesempatan yang mampir. Sebagai mahasiswa gizi yang sudah semester 6, keahlian untuk memberi konsultasi gizi adalah satu hal wajib yang harus dimiliki. Dan setaip temen yang seangkatan, pasti sudah punya kompetensi itu. Saat memberikan konsultasi, dibutuhkan satu hal selain segala ilmu gizi dan kesehatan yang sudah kita pelajari, yaitu KOMUNIKASI. Yups, komunikasi. Tanpa teknik komunikasi yang pas, semua yang kita omongin saat ngasih konsultasi bakal jadi sampah, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Dan ga semua orang bisa berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, kami butuh latihan. Salah satu bentuk latihannya adalah saat kami ngasih konsultasi gizi gratis, yang jelas lengkap dengan anthropometri (pengukuran ukuran tubu...

Nine Rivers Tragedy (2)

Setelah dari acara pengumpulan data yang seharusnya tidak kami lakukan itu, semua temen-temen sekelompok jadi sedikit sensi setiap kali denger kata Sumberejo. Karena setiap kali denger nama dusun satu itu, semua jadi teringat sama tanggungan masa lalu yang belum beres. Dan untuk menyelesaikannya, dipilih tiga orang untuk menghadap ke dosen pembimbing kelompok, dan orang-orang itu Ilmi –ibu ketua kami–, Riza –mon Mere–, and dt –myself. Saat maju ke hadapan bu Nurul semua berusaha untuk pasang semelas dan semengasihani mungkin. Biar bu nurul mau membantu kami untuk say no to bu ReTe. Reaksi bu Nurul sih ngegampangin gitu aja. Dan oleh sebab itu, kami langsung minta bu Nurul mau nemenin kami ngadep langsung ke bu ReTe. Biar bu Nurul tahu, orang macam apa yang harus kami hadapi. Jadi, pada hari minggu kami semua ke Dau (pake nada lagu Naik Delman), kami berdua belas plus bu Nurul. Tapi sayangnya ga semuanya yang kudu ngadep ke bu ReTe, biar ga semra...

Nine Rivers Tragedy (1)

Semua berawal waktu dosen PIPPG yang menitahkan kami, mahasiswa gizi, untuk mengambil data batita di kecamatan Dau. Dan, luckily kelompok dt kebagian Nine Rivers Village yang medannya jelas lebih ringan kalau dibandingkan dengan desa-desa yang diterima empat kelompok lain. Sumpah! Serasa surga waktu tahu di mana harus ngambil data. Jadi, Nine Rivers itu desa yang tetanggaan sama perumahan-perumahan besar Dieng, yang jelas menjamin akses jalan mulus (bukan jalan makadam, maksudnya). Dan berhubung itu desa juga ga tertinggal-tertinggal amat, dt yakin ga perlu acara tentiran bahasa jawa dan cukup berbekal beberapa kosa kata bahasa jawa paling standar untuk mempersiapkan diri untuk wawancara ke responden di sana. Dan jadilah dua belas srikandi (bayangin dong, masa satu kelompok cewek semua) berboncengan naik enam sepeda  terbang  motor. Awalnya sih semua berjalan semulus jalan ke balai desa Nine Rivers, tapi masalah mulai muncul waktu kami nimbr...