Semangat pagi, Takita..
Kakak baru baca surat Takita dan jadi inget waktu kakak masih kecil.
Waktu kecil, papa suka banget cerita dongeng klasik macam Bawang Putih-Bawang Merah atau si Kancil dengan banyak macam variasi ceritanya. Yang seru itu waktu papa mulai pakai boneka-boneka kakak untuk dijadikan karakter dongengnya, juga waktu papa mengubah suara berpura-pura jadi si Kancil atau Pak Tani. Sayangnya papa ga setiap hari ada di rumah karena waktu itu papa kerja di luar kota. Kakak cuma bisa dengar dongeng papa tiap akhir pekan.
Kalau papa ga ada, kakak pasti sudah nempel-nempel ke mama minta didongengi. Berhubung mama ga sepintar papa kalau mendongeng, mama lebih memilih untuk membelikan buku dan membacakannya untuk kakak. Kata mama, berhubung buku cerita yang kakak punya dulu sedikit, jadi mama membacakan buku yang sama berulang kali. Bosan kah? Kakak ga ingat, tapi kata mama kakak ga pernah bosan kalo disuruh dengar cerita. Kata mama lagi, kakak bisa sampai hafal cerita di buku itu, jadi kalau ada satu kata yang terlewat, kakak pasti akan komplen. Dan kata mama lagi, kalau semua orang di rumah sibuk dan ga ada yang bisa membacakan buku cerita, kakak akan duduk di bangku kecil dan mulai bercerita keras-keras apa yang kakak ingat dengan buku cerita di tangan. Banyak yang mengira kakak sudah bisa baca buku padahal waktu itu kakak masih belum umur dua tahun.
Tapi mama itu orang yang paling sabar menjawab semua pertanyaan kakak yang ga ada habisnya waktu kakak kecil. Karena setiap pulang sekolah, selalu ada saja serentetan pertanyaan dari kakak menunggu mama di rumah, atau kalau tiba-tiba kakak memotong pembicaraan mama-papa yang saling menceritakan masalah kantor karena kakak tidak tahu istilah yang mereka pakai dan harus menjelaskannya ke kakak.
Sekarang masih ada yang melarang bicara waktu kita makan ga? Larangan itu ga ada di keluarga kakak karena biasanya kami berbagi cerita apa yang kami alami hari itu waktu makan malam. Ya tentu berceritanya tidak dengan mulut penuh dengan makanan, gantian gitu. Dan biasanya acara saling tukar cerita berlanjut di depan teve. Kadang rasanya teve ga ditonton walau nyala karena kami sibuk ngobrol.
Harapan kakak sekarang sih, semoga akan lebih banyak orang tua yang juga bisa berbagi cerita dengan anak-anak mereka. Semoga saat kakak jadi orang tua nanti, kakak juga bisa jadi teman berbagi cerita untuk anak-anak kakak. Dan semoga Takita bisa terus berbagi dengan semua anak-anak Indonesia.
Ceritanya disambung kapan-kapan lagi ya..
Peluk cium buat Takita. :D
Kakak baru baca surat Takita dan jadi inget waktu kakak masih kecil.
Waktu kecil, papa suka banget cerita dongeng klasik macam Bawang Putih-Bawang Merah atau si Kancil dengan banyak macam variasi ceritanya. Yang seru itu waktu papa mulai pakai boneka-boneka kakak untuk dijadikan karakter dongengnya, juga waktu papa mengubah suara berpura-pura jadi si Kancil atau Pak Tani. Sayangnya papa ga setiap hari ada di rumah karena waktu itu papa kerja di luar kota. Kakak cuma bisa dengar dongeng papa tiap akhir pekan.
Kalau papa ga ada, kakak pasti sudah nempel-nempel ke mama minta didongengi. Berhubung mama ga sepintar papa kalau mendongeng, mama lebih memilih untuk membelikan buku dan membacakannya untuk kakak. Kata mama, berhubung buku cerita yang kakak punya dulu sedikit, jadi mama membacakan buku yang sama berulang kali. Bosan kah? Kakak ga ingat, tapi kata mama kakak ga pernah bosan kalo disuruh dengar cerita. Kata mama lagi, kakak bisa sampai hafal cerita di buku itu, jadi kalau ada satu kata yang terlewat, kakak pasti akan komplen. Dan kata mama lagi, kalau semua orang di rumah sibuk dan ga ada yang bisa membacakan buku cerita, kakak akan duduk di bangku kecil dan mulai bercerita keras-keras apa yang kakak ingat dengan buku cerita di tangan. Banyak yang mengira kakak sudah bisa baca buku padahal waktu itu kakak masih belum umur dua tahun.
Tapi mama itu orang yang paling sabar menjawab semua pertanyaan kakak yang ga ada habisnya waktu kakak kecil. Karena setiap pulang sekolah, selalu ada saja serentetan pertanyaan dari kakak menunggu mama di rumah, atau kalau tiba-tiba kakak memotong pembicaraan mama-papa yang saling menceritakan masalah kantor karena kakak tidak tahu istilah yang mereka pakai dan harus menjelaskannya ke kakak.
Sekarang masih ada yang melarang bicara waktu kita makan ga? Larangan itu ga ada di keluarga kakak karena biasanya kami berbagi cerita apa yang kami alami hari itu waktu makan malam. Ya tentu berceritanya tidak dengan mulut penuh dengan makanan, gantian gitu. Dan biasanya acara saling tukar cerita berlanjut di depan teve. Kadang rasanya teve ga ditonton walau nyala karena kami sibuk ngobrol.
Harapan kakak sekarang sih, semoga akan lebih banyak orang tua yang juga bisa berbagi cerita dengan anak-anak mereka. Semoga saat kakak jadi orang tua nanti, kakak juga bisa jadi teman berbagi cerita untuk anak-anak kakak. Dan semoga Takita bisa terus berbagi dengan semua anak-anak Indonesia.
Ceritanya disambung kapan-kapan lagi ya..
Peluk cium buat Takita. :D
Comments
Post a Comment