Skip to main content

Posts

Menulislah Ketika Kamu Merasa Tidak Baik-Baik Saja

Beberapa hari lalu teman-teman WAG Pasukan Blogger memberi ucapan selamat ke mbak Malica karena blog post -nya menang lomba. Iseng, kubaca juga blog post -nya . Waktu baca rasanya jadi kangen nulis juga. Maklum, terakhir blog ini ngeluarin entri sudah lewat dua tahun lalu. Tapi yang lebih ngena justru kutipan di widget about me . "Menulislah ketika kamu merasa tidak baik-baik saja. Karena menulis akan membuatmu waras." And it just hits me. Kondisiku sekarang dibilang baik, ya baik --lebih baik daripada orang kebanyakan, paling tidak-- dibilang tidak baik-baik saja itu kok ya malu mau ngaku kalo memang sedang tidak baik-baik saja. Ya, karena itu tadi, sangat sadar kalau kondisiku itu masih lebih baik daripada banyak orang lain. Kalau ngaku sedang tidak baik-baik saja itu kok rasanya seperti jadi manusia yang kurang bersyukur. Kadang bingung sebenarnya bagaimana sih menakar diri ini sedang baik-baik saja atau sudah masuk ke area tidak baik-baik saja? Soalnya setiap...
Recent posts

[30HM] H13 - Fiksi: Posesif

Orang bilang, cemburu itu tanda cinta. Apa suami kalian cemburuan? Kadang aku merasa suamiku itu orangnya cemburuan tapi dia selalu punya alasan yang masuk akal atas rasa cemburunya. Atau lebih pas disebut protektif? Walau kadang aku merasa dia posesif. Sudah hampir dua tahun usia pernikahan kami tapi belum juga dikarunia putra. Saat berkonsultasi dengan dokter kandungan aku disarankan untuk banyak-banyak istirahat. Suamiku langsung bersemangat mendorongku berhenti kerja karena dia sudah memintaku berhenti kerja sejak awal menikah dulu. Anjuran dokter ini membuatnya makin getol merayuku untuk berhenti kerja. "Gapapa, penghasilanku lebih dari cukup kok. Kamu temenin aku aja di rumah ya, sayang," begitu rayunya. Suamiku memiliki usaha perkebunan organik dengan berbagai macam sayuran yang rutin dikirim ke supermarket-supermarket premium. Jelas uang bukan masalah bagi suamiku. Pun suamiku tidak pernah pelit denganku atau keluargaku. Aku akhirnya memilih berhenti bekerja kare...

[30HM] H12 - Candu Media Sosial

Jaman sekarang siapa sih yang ga pernah bersentuhan dengan media sosial. Mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, Path, atau yang sudah diblokir menkominfo macam Tumblr dan Tiktok. Permasalahannya, seberapa sering sih kamu pakai media sosial ini? Kamu kecanduan media sosial, ga? Eh? Media sosial bisa bikin kecaduan? Ya bisa lah. Pernah lihat kan orang yang ga pernah lepas dari ponselnya, yang semua kegiatannya terpampang jelas secara digital. Yang kalau galau lalu update status. Yang kalau lagi makan lebih lama acara foto makanan demi Instagram daripada acara makannya. Yang kalau lagi bepergian ga pernah absen untuk check in Path. Atau kalau yang lagi bermasalah, komplennya via akun Twitter. Menurut Mark Griffiths dan Daria Kuss, psikolog dari Nottingham Trent University, cukup jawab enam pertanyaan di bawah ini untuk melihat indikasi apakah kamu kecanduan media sosial: Saat sedang tidak online, apakah kamu menghabiskan banyak waktu untuk berpikir atau berencana untuk mengguna...

[30HM] H11 - Fiksi: Tutup Buku Buka Terop 1

"Mbak, saya mau berhenti kerja, ya.." "Lho, kenapa, Lin?" tanyaku pada Lina, yang biasa membantuku membuat cilok. "Aku mau nikah, mbak." "Lah baru punya KTP, kok wis arep rabi (kok sudah mau nikah)," candaku. Setahuku dia baru lulus SMK. "Hehe.. iya, mbak. Orang tuanya mas Agus nyuruh cepetan nikah. Biar ga jadi omongan orang." "Bukannya kapan hari baru cerita kalo putus sama Agus?" "Habis lebaran kemaren balikan kok, mbak. Kan sudah minal adzin," cengirnya. Aku ikut tersenyum. Kulihat lagi Lina yang sedang mengulen adonan cilok. Usia belum kepala dua tapi sudah mau menikah. Muda sekali. Masih polos. Masih alay. Aku yang dulu bisa dibilang nikah muda ini jelas tidak menyarankan nikah muda. Belum lulus kuliah aku dan suami memutuskan menikah. Tergoda dengan kajian-kajian yang menyegerakan menikah. Hampir aku putus kuliah karena stres skripsi, hamil, dan keuangan yang menipis. Akhirnya sekarang aku dan suami ...

[30HM] H10 - Bagaimana Kalau

Seorang teman di grup whatsapp berbagi kalau sejak beberapa hari lalu ada bulik yang mengungsi di rumahnya. Lengkap dengan lima anak yang masih kecil-kecil. Buliknya sering dipukuli suami yang pengangguran. Saat sudah tidak tahan, biasanya buliknya mengungsi ke rumah. Bulik ingin cerai tapi ditahan-tahan keluarga karena bagi mereka cerai itu aib. Setiap kali bulik mengalah dan berbaikan dengan suami. Setiap kali pula setelahnya lahir bocah kecil. dt jadi penasaran sama prioritas keluarga bulik. Kalau buat dt, tindakan fisik kekerasan dalam rumah tangga jelas jadi peringatan terakhir yang kemungkinannya berujung dengan gugat cerai. Karena menurut dt kalau sampai terjadi eskalasi hingga ada tindakan fisik, umumnya ada tindakan lain yang mendahului seperti kekerasan verbal, kekerasan psikis, atau penelantaran rumah tangga. dt jadi ingat dengan curhatan di grup buk-ibuk yang cerita kalau mereka kerap dipukuli suami pun tidak dinafkahi. Yang ada dipikiran dt cuma heran kenapa...

[30HM] H9 - Fiksi: Bus Tujuan Malang

Belum ada setengah enam pagi aku sudah berdiri di depan salah satu warung rokok di Apolo, sebelum pom bensin. Rutinitas senin pagi membawaku kembali menjadi anak kos setelah menghabiskan akhir pekan di rumah. Celana jeans, kemeja panjang, jaket, dan sepatu olahraga adalah seragam wajibku tiap senin. Cukup nyaman dipakai di perjalanan, tapi juga masih pantas kalau dibawa masuk kelas. Maklum, sesampai di Malang aku langsung ke kampus karena ada kelas jam delapan. Bus tujuan Malang datang. Bus biasa, tanpa AC, sudah hampir penuh. Melihat banyaknya orang yang menunggu bersamaku sepertinya aku tidak akan dapat tempat duduk. Setengah berlari aku meloncat masuk ke dalam bus. Terdesak masuk karena dorongan orang-orang yang ingin naik bus. Benar saja, kursi bus dengan tatanan tiga-dua itu sudah penuh semua. Aku terpaksa berdiri sambil berpegangan di salah satu sandaran bangku. Ransel sudah kugendong depan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Bus bergerak perlahan. Penat dengan ...

[30HM] H8 - Fiksi Mini: Celah Tirai Jendela

Lelah setelah delapan jam penerbangan Jakarta-Narita dilanjut merapikan kamar asrama, aku mandi air hangat untuk merilekskan badan. Selesai mandi aku langsung merebahkan diri di kasur.  Kamarku remang, hanya secercah cahaya yang masuk dari celah tirai. Aku jadi ingat mas Daniel yang mengingatkan untuk menutup rapat tirai jendelaku. "Ntar diintip setan." Aku hanya tertawa ditakuti begitu. Tetiba sekelebat ada yang lewat di celah tirai. Pasti hanya pikiranku. Kuperhatikan lagi celah tirai jendelaku. Samar aku melihat sepasang mata yang mengintip di sana. Kamar asramaku di lantai tiga. " Mitsuketa! Ima kara kimi dayo! " Lirih kudengar. ("Ketemu! Sekarang giliranmu") Tubuhku kaku. Hanya mataku yang bisa bergerak melihat ke dalam kamar asramaku sendiri dari celah sempit. --- Jumlah kata: 111 kata