Seorang teman di grup whatsapp berbagi kalau sejak beberapa hari lalu ada bulik yang mengungsi di rumahnya. Lengkap dengan lima anak yang masih kecil-kecil. Buliknya sering dipukuli suami yang pengangguran. Saat sudah tidak tahan, biasanya buliknya mengungsi ke rumah.
Bulik ingin cerai tapi ditahan-tahan keluarga karena bagi mereka cerai itu aib. Setiap kali bulik mengalah dan berbaikan dengan suami. Setiap kali pula setelahnya lahir bocah kecil.
dt jadi penasaran sama prioritas keluarga bulik.
Kalau buat dt, tindakan fisik kekerasan dalam rumah tangga jelas jadi peringatan terakhir yang kemungkinannya berujung dengan gugat cerai. Karena menurut dt kalau sampai terjadi eskalasi hingga ada tindakan fisik, umumnya ada tindakan lain yang mendahului seperti kekerasan verbal, kekerasan psikis, atau penelantaran rumah tangga.
dt jadi ingat dengan curhatan di grup buk-ibuk yang cerita kalau mereka kerap dipukuli suami pun tidak dinafkahi. Yang ada dipikiran dt cuma heran kenapa mereka masih bertahan dalam kondisi seperti itu. Tapi kalau lihat komen, ternyata tidak sedikit yang justru menyemangati untuk bersabar dan bertahan demi anak.
Sik ta..
Demi anak?
Ga salah ta?
Dikira apa yang anak pelajari kalau mereka sering melihat ibunya dikasari tapi diam saja?
Dikira apa yang anak pelajari kalau punya ayah tapi tidak menjadi sosok ayah?
Bagaimana kalau anak-anak justru tumbuh menjadi orang tua mereka?
Bagaimana kalau mereka tumbuh menjadi manusia yang tidak mampu menghargai pasangan hidup yang mereka pilih sendiri?
Bagaimana kalau mereka tumbuh menjadi manusia yang tidak mampu menghargai dirinya sendiri? Bagaimana kalau mereka tumbuh menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga?
Bagaimana kalau mereka tumbuh menjadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga?
Bagaimana kalau ternyata meningkatnya tindak kekerasan pada anak bukan karena televisi atau games, tapi karena meniru perilaku orang tua mereka sendiri?
Bagaimana kalau ternyata anak korban rundung tidak berani melawan karena melihat orang tuanya yang dipukuli pasangannya tapi diam saja?
Bagaimana kalau ternyata anak bersikap egois karena meniru perilaku orang tua yang ingin dijadikan raja di rumah?
Terlalu banyak bagaimana kalau, ya..
Tapi jangan lupa, kalau anak adalah peniru terhebat dan mereka akan meniru yang mereka lihat.
---
Jumlah kata: 334 kata
Comments
Post a Comment