Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2018

[30HM] H13 - Fiksi: Posesif

Orang bilang, cemburu itu tanda cinta. Apa suami kalian cemburuan? Kadang aku merasa suamiku itu orangnya cemburuan tapi dia selalu punya alasan yang masuk akal atas rasa cemburunya. Atau lebih pas disebut protektif? Walau kadang aku merasa dia posesif. Sudah hampir dua tahun usia pernikahan kami tapi belum juga dikarunia putra. Saat berkonsultasi dengan dokter kandungan aku disarankan untuk banyak-banyak istirahat. Suamiku langsung bersemangat mendorongku berhenti kerja karena dia sudah memintaku berhenti kerja sejak awal menikah dulu. Anjuran dokter ini membuatnya makin getol merayuku untuk berhenti kerja. "Gapapa, penghasilanku lebih dari cukup kok. Kamu temenin aku aja di rumah ya, sayang," begitu rayunya. Suamiku memiliki usaha perkebunan organik dengan berbagai macam sayuran yang rutin dikirim ke supermarket-supermarket premium. Jelas uang bukan masalah bagi suamiku. Pun suamiku tidak pernah pelit denganku atau keluargaku. Aku akhirnya memilih berhenti bekerja kare...

[30HM] H12 - Candu Media Sosial

Jaman sekarang siapa sih yang ga pernah bersentuhan dengan media sosial. Mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, Path, atau yang sudah diblokir menkominfo macam Tumblr dan Tiktok. Permasalahannya, seberapa sering sih kamu pakai media sosial ini? Kamu kecanduan media sosial, ga? Eh? Media sosial bisa bikin kecaduan? Ya bisa lah. Pernah lihat kan orang yang ga pernah lepas dari ponselnya, yang semua kegiatannya terpampang jelas secara digital. Yang kalau galau lalu update status. Yang kalau lagi makan lebih lama acara foto makanan demi Instagram daripada acara makannya. Yang kalau lagi bepergian ga pernah absen untuk check in Path. Atau kalau yang lagi bermasalah, komplennya via akun Twitter. Menurut Mark Griffiths dan Daria Kuss, psikolog dari Nottingham Trent University, cukup jawab enam pertanyaan di bawah ini untuk melihat indikasi apakah kamu kecanduan media sosial: Saat sedang tidak online, apakah kamu menghabiskan banyak waktu untuk berpikir atau berencana untuk mengguna...

[30HM] H11 - Fiksi: Tutup Buku Buka Terop 1

"Mbak, saya mau berhenti kerja, ya.." "Lho, kenapa, Lin?" tanyaku pada Lina, yang biasa membantuku membuat cilok. "Aku mau nikah, mbak." "Lah baru punya KTP, kok wis arep rabi (kok sudah mau nikah)," candaku. Setahuku dia baru lulus SMK. "Hehe.. iya, mbak. Orang tuanya mas Agus nyuruh cepetan nikah. Biar ga jadi omongan orang." "Bukannya kapan hari baru cerita kalo putus sama Agus?" "Habis lebaran kemaren balikan kok, mbak. Kan sudah minal adzin," cengirnya. Aku ikut tersenyum. Kulihat lagi Lina yang sedang mengulen adonan cilok. Usia belum kepala dua tapi sudah mau menikah. Muda sekali. Masih polos. Masih alay. Aku yang dulu bisa dibilang nikah muda ini jelas tidak menyarankan nikah muda. Belum lulus kuliah aku dan suami memutuskan menikah. Tergoda dengan kajian-kajian yang menyegerakan menikah. Hampir aku putus kuliah karena stres skripsi, hamil, dan keuangan yang menipis. Akhirnya sekarang aku dan suami ...

[30HM] H10 - Bagaimana Kalau

Seorang teman di grup whatsapp berbagi kalau sejak beberapa hari lalu ada bulik yang mengungsi di rumahnya. Lengkap dengan lima anak yang masih kecil-kecil. Buliknya sering dipukuli suami yang pengangguran. Saat sudah tidak tahan, biasanya buliknya mengungsi ke rumah. Bulik ingin cerai tapi ditahan-tahan keluarga karena bagi mereka cerai itu aib. Setiap kali bulik mengalah dan berbaikan dengan suami. Setiap kali pula setelahnya lahir bocah kecil. dt jadi penasaran sama prioritas keluarga bulik. Kalau buat dt, tindakan fisik kekerasan dalam rumah tangga jelas jadi peringatan terakhir yang kemungkinannya berujung dengan gugat cerai. Karena menurut dt kalau sampai terjadi eskalasi hingga ada tindakan fisik, umumnya ada tindakan lain yang mendahului seperti kekerasan verbal, kekerasan psikis, atau penelantaran rumah tangga. dt jadi ingat dengan curhatan di grup buk-ibuk yang cerita kalau mereka kerap dipukuli suami pun tidak dinafkahi. Yang ada dipikiran dt cuma heran kenapa...

[30HM] H9 - Fiksi: Bus Tujuan Malang

Belum ada setengah enam pagi aku sudah berdiri di depan salah satu warung rokok di Apolo, sebelum pom bensin. Rutinitas senin pagi membawaku kembali menjadi anak kos setelah menghabiskan akhir pekan di rumah. Celana jeans, kemeja panjang, jaket, dan sepatu olahraga adalah seragam wajibku tiap senin. Cukup nyaman dipakai di perjalanan, tapi juga masih pantas kalau dibawa masuk kelas. Maklum, sesampai di Malang aku langsung ke kampus karena ada kelas jam delapan. Bus tujuan Malang datang. Bus biasa, tanpa AC, sudah hampir penuh. Melihat banyaknya orang yang menunggu bersamaku sepertinya aku tidak akan dapat tempat duduk. Setengah berlari aku meloncat masuk ke dalam bus. Terdesak masuk karena dorongan orang-orang yang ingin naik bus. Benar saja, kursi bus dengan tatanan tiga-dua itu sudah penuh semua. Aku terpaksa berdiri sambil berpegangan di salah satu sandaran bangku. Ransel sudah kugendong depan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Bus bergerak perlahan. Penat dengan ...

[30HM] H8 - Fiksi Mini: Celah Tirai Jendela

Lelah setelah delapan jam penerbangan Jakarta-Narita dilanjut merapikan kamar asrama, aku mandi air hangat untuk merilekskan badan. Selesai mandi aku langsung merebahkan diri di kasur.  Kamarku remang, hanya secercah cahaya yang masuk dari celah tirai. Aku jadi ingat mas Daniel yang mengingatkan untuk menutup rapat tirai jendelaku. "Ntar diintip setan." Aku hanya tertawa ditakuti begitu. Tetiba sekelebat ada yang lewat di celah tirai. Pasti hanya pikiranku. Kuperhatikan lagi celah tirai jendelaku. Samar aku melihat sepasang mata yang mengintip di sana. Kamar asramaku di lantai tiga. " Mitsuketa! Ima kara kimi dayo! " Lirih kudengar. ("Ketemu! Sekarang giliranmu") Tubuhku kaku. Hanya mataku yang bisa bergerak melihat ke dalam kamar asramaku sendiri dari celah sempit. --- Jumlah kata: 111 kata

[30HM] H7 - Grup Curhat Buk-Ibuk: Masalah Ekonomi

Beberapa minggu yang lalu di lini masa ( timeline ) Facebook dt berseliweran beberapa cuplikan layar ( screenshot ) curhatan buk-ibuk di salah satu grup tertutup di Facebook. Berhubung penasaran, jadilah dt gabung. Sekadar pingin lihat sendiri apa iya kebanyakan entrinya seperti cuplikan layar yang dt baca. Sayangnya, ternyata beneran. Selain entri kenalan dan berbagi masakan hari ini, curhatan para buk-ibuk ini biasanya berkisar tentang permasalahan ketidakharmonisan rumah tangga (entah dengan suami atau mertua) yang kebanyakan bersumber pada permasalahan finansial. Menurut dt, ini adalah salah satu permasalahan pernikahan yang bisa diminimalisir. Semacam, kalau memang belum stabil secara finansial ya jangan menikah dulu. dt bukan bilang kudu kaya baru boleh nikah lo, ya. Stabil secara finansial. Punya pemasukan tetap yang cukup untuk biaya hidup dua kepala paling tidak, kalau bisa lebih ya alhamdulillah. dt tetiba inget pernah baca (tapi lupa baca di mana) kalau 70% percera...